Kamis, 05 Mei 2016

Skizfrenia

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Kasus 2
Aku Tidak Mau ...
Tn X (30 tahun) dibawa ke RSJ teriak-teriak sepanjang malam keliling kampung. Tetangganya melaporkan bahwa Tn X mengatakan, “aku tidak mau melakukannya, pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada. Saat ini ia tampak komat-kamit seperti sedang bicara dengan orang lain. Ketika diajak bicara oleh perawat dia hanya merespon sebentar kemudian kembali bicara sendiri, pembicaraannyapun inkoheren dengan tatapan tajam
Tn X dalam 2 tahu terakhir sudah 2 kali dirawat dengan gejala yang sama riwayata diagnosis skizofrenia paranoid dan sudah 1 bulan tidak mengkonsusmsi obat yang diberikan dari RS, karena menganggap bahwa obat itu racun. Ners Ani yang menerima klien segera akan memberikan asuhan keperawatan pada Tn X.
B.     Klarifikasi istilah
1.      Inkoheren
2.      Skizofrenia paranoid
C.    Daftar pertanyaan
1.      Mengapa klien bertriak-triak sepanjang malam dan tetangganyapun melaporkan bahwasannya pasien mengatakan“aku tidak mau melakukannya, pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada ?
2.      Mengapa pasein komat-kamit seperti sedang bicara dengan orang lain ?
3.      Mengapa ketika diajak perawat klien hanya meresponsebentar kemudian pembicaraannyapun inkoheren ?
4.      Apa yang menyebabkan paseien di tegakan diagnosis skizofrenia paranoid ?
5.      Mengapa pasein menganggap bahwa obat tersebut adalah racun ?
6.      Apa asuhan keperawtan yang dilakukan oleh Ners Ani untuk Tn X ?

7.       
BAB II
HASIL

1.      Klarifikasi istilah
a.       Inkoheren
Jawab : ketidak jelasan dan ketidak pastian
b.      Skizofrenia paranoid
Jawab : Gangguan skizofrenia yang didominasi oleh waham paranoid (paranoid delusionis) yang relatif stabil, biasanya disertai dengan halusinasi, terutama berbagai variasi halusinasi dengar dan gangguan persepsi lainnya. Gangguan afek, minat, pembicaraan, dan gejala katatonik tidak ada atau relatif tidak jelas
2.      Pertanyaan dari kasus
a.       Mengapa klien bertriak-triak sepanjang malam dan tetangganyapun melaporkan bahwasannya pasien mengatakan“aku tidak mau melakukannya, pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada ?
Jawab : karena pasein menganggap bahwa ada sesorang atau sesuatu yang menakut-nakuti ataupun menajak pasien terhadap sesuatau yang tidak disenangi oleh pasein sehingga pasein merasa takut dan paseien meluapkannya dengan cara bertriak-triak
b.      Mengapa pasein komat-kamit seperti sedang bicara dengan orang lain ?
Karena paseien menganggapa bahwasannya paseien sedang berbicara dengan orang lain yang sesungguhnya tidak ada alias ketidakadaanya stimulus yang dirasakan oleh pasien tersebut
c.       Mengapa ketika diajak perawat klien hanya meresponsebentar kemudian pembicaraannyapun inkoheren ?
Jawab : Karena ketika diajak berbicara oleh perawat mungkin gejala skizofrennya timbul lagi sehingga pasein fukus pada apa yang dianggapnya itu ada
d.      Apa yang menyebabkan paseien di tegakan diagnosis skizofrenia paranoid ?
Jawab : Karena pasein mengalami waham auditorik dan waham visual serta adanya rasa takut ketika wahamnya tersebut muncul
e.       Mengapa pasein menganggap bahwa obat tersebut adalah racun ?
Jawab : karena pasien mengganggap bahwa obat yang diberikan oleh RS adalah tujuannya untuk membunuh paseirn
f.       Apa asuhan keperawtan yang dilakukan oleh Ners Ani untuk Tn X ?
Jawab : sebagai perawat kita bisa mengjarkan manajemen wahamnya yang tujuannya agar dapat menangani waham auditorik dan visualnya serta melakukan terapi aktivitas klompok
3.      Pertanyaan LO
1.      IRK
2.      Definisi Skizofrenia
3.      Etiologi
4.      Manifestasi klinis
5.      Klasifikasi Skizofrenia
6.      Rentang adaptif-maladaptif
7.      Perjalanan Dan Prognosis
8.      Pemeriksaan penunjang
9.      Nursing Pathway
10.  Penatalaksanaan
11.  Perencanaan Keperawatan
4.      Jawaban LO
1.      Islamic Religion Knowlage (IRK)
Imâm Muhammad Al-Bâqir as berkata, "Ketika Allâh 'azza wa jalla menciptakan akal, Dia berfirman kepadanya, Menghadaplah kamu!. Lantas akal itu menghadap. Dia berfirman lagi, Berbaliklah kamu!. lalu akal itu berbalik. Dia berfirman, Demi keagungan-Ku dan kemuliaan-Ku, Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Aku cintai selain darimu dan Aku tidak sempurnakan kamu, selain pada makhluk yang Aku cinta, kepadamu Aku perintah, kepadamu Aku melarang, kepadamu Aku memberi pahala dan kepadamu Aku memberi siksa
Imâm 'Ali bin Abî Thâlib as berkata, "Jibril as telah turun kepada Âdam as, kemudian dia berkata kepadanya, 'Wahai Âdam, Allâh telah perintahku untuk memberikan pilihan kepadamu salah salah satu dari yang tiga, maka pilihlah olehmu salah satunya.' Âdam as bertanya, 'Apa yang tiga itu ya Jibril?' Jibrîl berkata, 'Akal, malu dan ajaran.' Âdam berkata, 'Aku pilih akal.' Kemudian Jibrîl berkata kepada malu dan ajaran, 'Pergilah kamu berdua dan tinggalkan dia.' Mereka berdua berkata, 'Ya Jibrîl, kami telah diperintah untuk tetap bersama akal di mana pun dia berada.' Jibril berkata, 'Itu urusan kamu berdua.' Kemudian Jibril pergi.'"
Tentang kehebatan dan kesucian akal Rasûlullâh saw bersabda, "Innamâ yudrakul khairu kulluhu bil 'aqli, walâ dîna liman lâ 'aqla lahu." (Kebaikan seluruhnya hanya bias dicapai dengan akal, dan tidak beragama bagi orang yang tidak ada akal baginya )."
a.       Akal Sebagai Imâm Tertinggi
Pikiran dan hati manusia yang labil sering kali membawa manusia kepada ketersesatan dan menyimpang dari jalan yang lurus. Agar kita tidak pemikir yang tergelincir, ahli filsafat yang tersesat atau sufi yang emosional dalam mengabdi, maka pikiran dan hati itu dipimpin oleh akal. Imâm 'Ali as berkata, "Akal-akal itu adalah Imâm-Imâm bagi pikiran-pikiran, pikiran-pikiran itu Imâm-Imâm bagi hati-hati dan hati-hati itu Imâm-Imâm bagi indera dan indera Imâm bagi seluruh anggota."
b.      Makhluk Ruhani
Akal adalah makhluk ruhani yang pertama-tama Allâh 'azza wa jalla ciptakan dari cahaya-Nya, sebagaimana yang dikatakan Imâm Ja'far Al-Shâdiq as, "Innallâha jalla tsanâuhu khalaqal 'aqla wa huwa awwalu khalqin khalaqahu minar rûhâniyyîna 'an yamînil 'arsyi min nûrihi." (Sesungguhnya Allâh Maha Agung Puji-Nya telah menciptakan akal dan dia itu makhluk pertama yang Dia ciptakan dari kalangan makhluk ruhani dari sebelah kanan 'Arsy dari cahaya-Nya)
c.       Hujjah Allâh
Imâm Hasan Al-'Askarî as berkata, "Inna lillâhi 'alan nâsi hujjatayni, hujjatan zhâhiratan wa hujjatan bâthinatan. Fa-ammazh zhâhiratu far rusulu wal anbiyâu wal aimmatu, wa ammal bâthinatu fal 'uqûl." (Sesungguhnya Allâh punya dua macam hujjah atas manusia, hujjah yang kelihatan dan hujjah yang tersembunyai. Adapun hujjah yang kelihatan adalah para Rasûl, para nabi dan para Imâm, dan adapun hujjah yang tersembunyai adalah akal).
Pada manusia ada akal, hawa dan nafs (jiwa). Jika manusia ini akan diperebutkan oleh dua kekuatan: kekuatan akal dan kekuatan hawa. Adalah keinginan yang selalu menyimpang dari kebenaran.
d.      Fungsi Akal
Akal itu berti pengekang atau pengikat, maka dia berfungsi untuk mengekang dan mengikat. Apa yang mesti diikat oleh akal itu? Rasûlullâh saw telah bersabda dalam jawabannya kepada Syam'ûn bin Lawi bin Yahuda – salah seorang dari hawârî 'Isâ as. tantang fungsi akal, "Sesungguhnya akal itu adalah tali yang yang harus mengikat kebodohan dan jiwa. Kebodohan itu semisal binatang yang paling susah diurus, jika dia tidak diikat, maka dia akan tersesat."
Yang dimaksudkan dengan kebodohan di sini dalam sabda Nabi saw diatas adalah potensi manusia untuk berbuat makar kepada Allâh. Pada hakikatnya manusia yang melakukan keburukan itu adalah manusia yang bodoh. Firman Allâh 'azza wa jalla, "Ketahulilah mereka itulah yang bodoh, namun mereka tidak tahu." Dan firman-Nya,"Ketahuilah mereka itu orang-orang yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari."
Imâm 'Alî bin Abî Thâlib as berkata, "Akal itu adalah makhluk yang mempunyai pasukan Allâh Yang Maha Pemurah sedangkan hawa itu pemimpin tentara setan. Dan nafs ditarik-tarik diantara keduanya, yang mana saja dari keduan kekuatan itu yang menang, maka nafs akan berada di pihaknya.
e.       Orang Gila (Majnûn)
Orang yang tidak berakal itu ada dua macam;
(1) Orang yang tidak berakal karena memang dia tidak mempunyai akal (ruh akalnya tidak ada). Orang semacam itu jangan kita juluki sebagai 'orang gila', kita mesti menyebutnya orang yang terkena musibah (mushâb ).
(2) Orang yang tidak berakal karena dia tidak mau menggunakan akalnya yang ada pada dirinya. Orang semacam inilah yang disebut oleh Rasûlullâh Saw sebagai orang gila. Suatu hari ada orang tidak normal yang lewat ke hadapan Nabi saw, lalu di antara sahabat Nabi ada yang menyebutnya majnûn (gila). Rasûl berkata, "Jangan kamu katakan dia majnûn, tetapi katakanlah dia itu mushâb (orang yang terkena musibah). Orang gila itu hanyalah orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat."
Dalam riwayat yang lain beliau bilang, "Sesungguhnya orang gila itu adalah hamba (manusia) baik laki-laki atau perempuan yang menghabiskan masa mudanya dalam ketidaktaatan kepada Allâh."
Dalam riwayat yang lain beliau berkata, "Ini bukan orang gila, maukah kukabarkan kepadamu orang gila yang sebenarnya? Orang yang sombong dalam berjalannya, yang memandang dengan kedua sudut matanya dan yang menggerak-gerakkan kedua lambungnya dengan kedua bahunya, maka itulah orang gila sedangkan ini orang yang kena bala."
Orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat disebut majnûn atau orang gila, dikarenakan dia tidak menggunakan akal. Coba kita pikirkan, dunia yang fana, yang akan binasa dan yang akan kita tinggalkan ini, mengapa harus diutamakan atas akhirat yang kekal abadi yang di sana manusia akan hidup untuk selama-lamanya; apakah sengsara dan menderita ataukah senang dan bahagia. Orang yang tidak taat pada Allâh juga merupakan bagian dari orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat, dan termasuk orang gila juga. Dan sabdanya, "Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah orang yang patuh kepada Allâh walaupun buta penglihatannya dan rendah status sosialnya. Dan orang jahil (gila) itu adalah orang yang tidak patuh kepada Allâh walaupun tampan dan kaya."
Ada seorang kristen dari Najrân datang ke Madinah, menurut sebagian sahabat Nabi dia itu orang yang mempunyai kewibaan dan kehebatan hingga mereka mengatakan kepada Nabi saw, "Alangkah berakal itu orang keristen ini." Kemudian Nabi menyalahkan orang-orang yang mengatakan kalimat pujian ini seraya bersabda, "Diamlah kalian! Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah orang yang mentauhidkan Allâh."
Imâm 'Alî bin Abî Thâlib as berkata, "Orang yang berakal itu adalah orang yang menjauhi dosa-dosa dan membersihkan cela-cela."
Mungkin kita ini juga belum dikatakan sebagai manusia yang berakal, kecuali apabila klita benar-benar taat kepada Allâh 'azza wa jalla, mentauhidkan-Nya, menjauhi segala dosa, membersihkan akhlak tercela dan tidak mengutamakan dunia di atas akhirat.
f.       Riyâdhah
Riyâdhah adalah melatih taslîm (penyerahan) ruh agar mencapai kesempurnaan akal (kamâlul 'aql ). Di bawah ini ada beberapa sulûk (jalan ruhani yang mesti ditempuh) dari Rasûlullâh saw dan Ahlibaitnya bila kita ingin mencapai kemuliaan yang tinggi, mendapat sebutan yang baik dan menjadi manusia termulia pada zaman ini. Rasûlullâh saw bersabda bahwa dengan sepuluh sifat berikut dapat dikenal seseorang sebagai orang yang berakal:
(1) Bersikap toleran dan santun terhadap orang yang berlaku jahil kepadanya,
 (2) memaafkan orang yang berbuat zalim kepadanya,
(3) merendah kepada orang yang berada di bawahnya,
(4) berusaha menyusul orang yang berada di atasnya dalam hal mencari kebaikan,
(5) apabila dia hendak berbicara berpikir dulu,
(6) jika perkataan itu mengandung keburukan dia diam hingga dia selamat,
(7) bila datang fitnah kepadanya dia berpegang kepada Allâh dan dia tahan tangan serta lidahnya,
(8) apabila dia melihat keutamaan, dia berusaha untuk memperolehnya,
(9) sifat malunya tidak terpisah darinya dan (10) tidak tampak darinya sifat rakus.
Dari sejumlah perkataan Imâm 'Ali as bahwa ciri-ciri orang yang berakal itu ialah orang yang mampu mengambil pelajaran dari pengalaman; menjaga urusannya (dengan baik); ucapannya dibenarkan oleh perbuatannya; mengikat lidahnya (tidak sembarang bicara); berlaku zuhud dari hal-hal yang disenangi orang jahil; membaguskan perbuatannya dan meletakkan usahanya pada tempat-tempatnya; berserah diri kepada qadhâ dan beramal dengan hati-hati; apabila dia diam, maka diamnya itu berpikir, jika dia berbicara, maka bicaranya itu berdzikir dan bila memandang, maka pandangannya itu mengambil i'tibâr (pelajaran); apabila dia berilmu, dia mengamalkan ilmunya dan jika dia beramal, maka beramal dengan ikhlash; bersandar atas amal salehnya; bersiap-siap untuk kepergiannya dan memakmurkan akhirat yang akan ditempatinya; seandainya keburukan-keburukan tidak dilarang Allâh, maka orang berakal itu pasti menjauhinya; zuhud dari dunia yang rendah lagi fana dan mengharap surga yang tinggi lagi kekal; merasa risi dengan kematian yang akan dia hadapi di alam ini sehingga dia siapkan bekal sebaik-baiknya sebelum sampai ke negeri terakhir yang seandainya di negeri itu dia mencita-citakan kematian, maka tidak akan mendapatkannya lagi; meninggalkan perkara yang tidak berguna; menolak yang batil; yang halal tidak menyibukkan syukurnya; yang haram tidak mengalahkan sabarnya; menguasai hawa nafsunya; tidak menjual akhirat dengan dunianya; menguasai emosinya ketika marah, berhasrat dan ketika takut; tidak berbicara pada orang yang dikhawatirkan mendustakannya, tidak meminta pada orang yang dikhawatirkan tidak memberinya, tidak memberanikan diri atas apa yang dia khawatirkan ada udzur (kelemahan) darinya dan tidak berharap pada orang yang dia tidak mempercayainya; tidak meremehkan seseorang, tidak lalai; tidak bertutur-kata kecuali seperlunya dan tidak menyibukkan diri selain untuk kebaikan akhiratnya; kekuatan yang dimilikinya tidak membawanya berlebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya tidak menyebabkannya malas bersungguh-sungguh dalam beramalnya dan memendekkan angan-angannya; mencari kesempurnaan; menjaga lidahnya dari mengumpat.
Rasûlullâh saw berkata, "Allâh 'azza wa jalla tidak diibadati dengan sesuatu yang lebih utama dari akal, dan orang yang beriman tidak menjadi orang yang berakal hingga terhimpun pada dirinya sepuluh hal berikut ini:
(1) Kebaikannya jadi dambaan,
(2) keburukannya diamankan,
(3) memandang banyak pada kebaikan yang sedikit dari orang lain,
(4) menganggap sedikit pada kebaikan dirinya yang banyak,
(5) tidak jemu melayani hajat dan kebutuhan orang lain yang disampaikan kepadanya,
(6) tidak pernah bosan dalam menuntuk ilmu sepanjang hayatnya,
(7) kemiskinan lebih dia sukai dari hidup kaya,
(8) kerendahan atau dipandang rendah orang lain lebih dia sukai dari penghormatan,
(9) tidak terkenal lebih dia cintai dari popularitas dan
(10) mengganggap orang lain lebih baik dari dirinya. Manusia itu ada dua macam: Manusia yang baik lagi bertaqwâ dan manusia yang buruk lagi terhina. Dan ketika orang berakal itu berjumpa dengan orang yang dia anggap lebih baik dan lebih bertaqawâ dari dirinya, maka dia merendah diri kepadanya demi menyusulnya. Dan jika bertemu dengan orang yang dipandangnya lebih buruk dan lebih rendah darinya, orang yang berakal itu akan mengatakan (dalam hatinya), 'Barangkali kebaikan orang ini tersembunyi (bâthin) sedang kebaikannya tampak (zhâhir), barangkali akan ditutupkan baginya (husnul khâtimah) dengan kebaikan. Apabila dia melakukan hal yang demikian, maka tinggi kemuliannya dan menjadi orang mulia (sayyid) pada zamannya."
Itulah sepuluh latihan dari mursyid sejati Rasûlulah saw untuk tercapainya kesempurnaan di sisi Allâh 'azza wa jalla.
Takut dan taat kepada penguasa (pemerintah) akan mengurangi atau bahkan menghilangkan kesempurnaan akal. Para penguasa di mana pun mereka berkuasanya di bumi Allâh ini, apabila mereka tidak memakai Islâm dalam sistim pemerintahannya dan tidak menegakkan hukum-hukum yang Allâh turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang kafir, zalim atau fâsiq yang selalu konfrontasi dan berbuat makar kepada Allâh 'azza wa jalla.
Penguasa hanya manusia biasa seperti halnya manusia yang tidak berkuasa, dan mereka seringkali berbuat zalim terhadap rakyatnya, oleh karena itu tidak perlu kita takuti. Maka taat dan takutnya seseorang pada penguasa yang zalim telah menunjukkan ketidaksempurnaan akal orang tersebut. Rasûlullâh saw bersabda, "Manusia yang paling sempurna akalnya adalah manusia yang paling takut dan paling taat kepada Allâh, dan manusia yang paling kurang akalnya adalah manusia yang paling takut dan paling taat kepada penguasa."
2.      Definisi Skizofrenia
Jawaban :
a.       Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schim) antara pikiran, emosi, dan prilaku pasien yang terkena. Perpeacahan pada pasien di gambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi khususnya kelonggaran asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan & Sadock, 2004)
b.      Skizofrenia merupakn salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya mungkin timbul akut. Setiap pasien yang dicuriai menderita sekizofrenia harus dipriksakan ke psikiater setelah disingkirkan kemungkinan adanya kelinan organik (Buku Saku Kedokteran)
c.       Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi, dan adanya prilaku katatonik serta adanya gejala katatonik (APA, 2000)
d.      Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007).
3.      Etiologi
Jawab :
a.       Genetik
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9 – 1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 %, dan kembar satu telus 61-86 % (W.F Maramis)
b.      Faktor Biologis
Pada penderita dapat ditemukan gangguan organik berupa pelebaran ventrikel tiga dari lateral; atrofi bilateral lobus temporomedial dan girus parahipokampus, hipokampus, dan amigdala; disorientasi spasial sel piramid hipokampus; serta penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral
c.       Kerusakan Struktur Otak
Biasanya pada penderita Skizofrenia ketika dilakukan CT-Scan maka ada kelainan pada daerah ventrikulum, Atrofikortikal, dan kesimetrisan serebral
d.      Faktor biokimia
Gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul diperkirakan karena adanya gangguan nurotransmiter sentral yaitu peningkatan aktivitas dopamin (hipotesis dopamin). Teori lain mengatakan terjadi peningkatan nurotransmiter serotonin (5-HT2A) dan norepinerfin pada sistem limbik
e.       Skizofrenia adalalah suatu sindrom yang ditandai oleh manifestasi psikologis spesifik. Manifestasi ini meliputi halusianasi auditorik, waham, gangguan pikiran, dan gangguan prilaku. Bukti-bukti terbaru menunjukan bahwa skizofrenia disebabkan kelainan yang melibatkan lobus temporalis medial (Girus parahipokampus, hipokampus, dan amigdala), korteks lobus temporalis dan frontalis     
f.       Teori Adolf Mayer
Sekizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniyah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelinan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Mayer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Mayer skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi keperibadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme)
g.      Teori Simund Freud
Skizofrenia terdapat
1)       Kelemahan ego, yang dapat ditimbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik
2)       Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisime dan,
3)       Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transfernce) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin
h.      Teori Eugen Bleuler
Penggunaan istilah skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu proses berfikir, perasaan, dan perbuatan. Bleuler membagi gejala skizofrenia menjadi 2 klompok yaitu gejala primer (gangguan proses fikir, gangguan emosi, gangguan kemauan, otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi, dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik lainnya)
4.      Manifestasi klinis
Jawab :
a.       Menurut Yuliana Elin, 2009
1)       Gejala akut dari skizofrenaia meliputi tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan; halusinasi (terutama mendengar suara-suara bisikan); delusi(keyakinan yang salah namun dianggap benar oleh penderita); ide-ide karena pengaruh luar (tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar dirinya); ambiven (pemikiran yang saling bertentangan); datar, tidak tepat atau afek yang labil; autisme (menarik diri dari lingkungan sekitar dan hanya memikirkan dirinya); tidak mau bekerja sama; menyukai hal-hal yang dapat menimbulkan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan serangan balik secara verbal maupun fisik kepada orang lain; tidak merawat diri sendiri; dan gangguan tidur maupun nafsu makan
2)       Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita skizofrenia mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motivasi menurun, kepedulian berkurang, tidak dapat memutuskan susuatu, menarik diri dari berhubungan dengan lingkungan sekitar, sulit untuk belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat diri
b.      Gejala menurut Bleuler
1.      Gejala Primer
1)       Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran) yang paling menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi)
2)       Gangguan afek emosi
Ø  Terjadi kedangkalan afek-emosi
Ø  Pramimi dan pratimi (ingcongruty of affect / inadekuat)
Ø  Emosi dan afek serta ekspresianya tidak mempunyai suatu kesatuan
Ø  Emosi berlebihan
Ø  Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik
3)       Gangguan kemauan
Ø  Terjadinya kelemahan kemauaan
Ø  Permintaan negativisime atas permintaan
Ø  Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi orang lain
4)       Gejala psikomotor
Ø  Stupor atau hiperkinesis, logorea dan neulogisme
Ø  Stereotipi
Ø  Katelepsi :mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama
Ø  Echolalia dan Echopraxi
5)       Autisme
2.      Gejala sekunder
Ø  Waham, dan
Ø  Halusinasi

c.       Gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi dalam 2 klompok yaitu :
1.      Gejala Positif
1)       Delusia
Suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya
2)       Halusinasi
Pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara / bisikan-bisikan ditelinganya padahal tidak ada sumber dari suara / bisikan itu
3)       Kekacauan alam pikir
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya
4)       Waham

2.      Gejala Negatif
1)      Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar
Gambaran alam perasaan inidapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi
2)      Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lainnya dan suka melamun
3)      Kontak emosional sangat sedikit
4)      Pasif dan apatis
5)      Sulit dalam berfikir nyata
6)      Pola fikir steorotip
7)      Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif

5.      Klasifikasi Skizofrenia
Jawab :
a.       Skizofrenia Hebrefenik
Merupakan suatu bentuk skizofrenia, biasanya timbul pada usia remaja atau dewasa awal, dengan perubahan afektif yang menonjol, waham (delusions) dan halusinasi yang singkat dan terpecah, prilaku yang tidak bertanggung jawab serta tidak dapat diramalkan, dan sering disertai dengan manerisme,. Mood dangkal dan tidak sesuai, proses berfikir tidak terorganisasi dan pembicaraan inkoheren. Terdapat kecenderungan yang jelas untuk terjadiny isolasi sosial. Prognosisnya cenderung buruk karena perkembangan gejala negative (negative symptom) terjadi dengan cepat, terutama afek datar dan kehilangan minat dalam segala hal.
Mulainya biasanya pada akhir belasan tahun. Gejala awal kebingungan, konsentrasi buruk, berkabut, mimpi siang hari sadar akan keadaan dirinya sendiri, kemurungan, depresi, apatis, waham spintas, ide pseudoilmiah dan pseudofilosofi, perasaan inferioritas, dan ketidak adekuatan. Gengguan pemikiran menjadi jelas dan mungkin ada pemikiran konkrit atau hambatan pikiran. Khas ada keanehan emosi
b.      Skizofrenia Paranoid
Gangguan skizofrenia yang didominasi oleh waham paranoid (paranoid delusionis) yang relatif stabil, biasanya disertai dengan halusinasi, terutama berbagai variasi halusinasi dengar dan gangguan persepsi lainnya. Gangguan afek, minat, pembicaraan, dan gejala katatonik tidak ada atau relatif tidak jelas
Gejala khasnya waham kejaran primer dan sekunder dengan halusinasi auditorius. Mulainya lambat dibandingkan dengan skizofrenia hebrefenik, biasanya antara 30 dan 50 tahun. Perjalanannya menahun sehingga kemunduruan personalitas minimum. Salah interpretasi tindakan orang lain bisa diakibatkan oleh dalam ide kejaran. Waham bisa “diselubungi” dan pasien bisa berprilaku normal, tetapi biasanya wahamnya akan menimbulkan pertentangan dengan masyarakat. Walaupun perjalanan penyakit ini menahun, tetapi mungkin saja ada fluktuasi gejala secara periodik. Seringkali didahului oleh adanya kepribadian paranoid-individu hipersensitif atau sangat berhati-hati walaupun dalam keadaan yang tidak membahayakan atau yang diisolasi oleh alasan deformitas, ketulian, kesulitan bahasa, dsb. Kdang-kadang wahamnya bisa “menular”; biasanya keluarga dekat terlibat dalam folie a deux
c.       Skizofrenia katatonik
Gangguan skizofrenia yang disominasi oleh gangguan psikomotor yang menonjol, dapat terjadi diantara kedua ekstremitas secara bergantian seperti hiperkinesis atau stupor atau kerapuhan otomatik dan negativisme. Sikap dan posisi tubuh yang sangat terbatas mungkin dipertahankan dalam periode yang cukup lama. Gambaran klinis yang menonjol dapat berupa episode kesenangan terhadap kekerasan. Fenomena katatoniknya dapat dikombinasikan dengan keadaan seperti mimpi (oneiroid)(dream-like oneroid state) yang disertai halusinasi (hallucination) penglihatan yang tampak hidup 
Prilaku sterotip, negativisme, pengambilan sikap, immobilitas dan stupor merupakan sifat paling jelas. Hambatan pikiran, neologisme, halusinasi bisa  juga timbul. Kegembiraan akut dapat menadi tanda pertama penyakit. Gejala katatonik menjadi semakin jarang dalam 30 tahun terakhir ini: mungkin banyak yang merupakan produk neurosis institusional
d.      Skizofrenia Parhapenic
Istilah yang sering digunakan untuk penyakit paranoid berawitan lambat dengan gambaran klinis didominasi oleh waham ekspansif atau fantasis yang tersistematik. Dalam skema Leonhard, parafrenia adalah istilah yang dipilih untuk semua bentuk paranoid psikosis skizofrenia yang berada dalam klompok gangguan yang sistematik
e.       Skizofrenia Simpleks
Gambaran khas skizofrenia kronik dapat terlihat pada banyak pasien baik yang berada didalam mayarakat maupun yang sedang menjalani perawatan jangka lama. Gejala negatif mendominasi, tanpa dorongan dan inisiatif, kemiskinan pikiran dan emosi serta prilaku eksentrik soliter. Terlihat “disorientasi usia” dan bukti ada penumpukan kerusakan cerebrum, seperti yang terlihat pada dilatasi ventrikulus cerebri yang dikaitkan dengan drajat gangguan fungsi intelektual. Keadaan ini biasanya merupakan hasil akhir dari gejala-gejala skizofrenia yang sebelumnya telah berkembang penuh, tetapi dalam beberapa kasus, onsetnya sangat pelan, sehingga pasien seolah-oleh langsung tampil dalam keadaan cacat (Skizofrenia Simpleks)
f.       Skizofrenia genetic Spectrum (Skizofrenia Spektrum Genetik)
Merupakan defini penyakit dan daftar kondisi serta keanehan prilaku yang dipostulasikan sebagai ekspresi fenotif parsial atau alternatif dari genitif yang mendasari skizofrenia. Hubungan kearah skizofrenia lebih didasarkan pada kejadiaan skizofrenia daripada peluang timbulnya penyakit tersebut pada anggota keluarga tingkat pertama yang menderita skizofrenia. Biasanya juga termasuk skizofrenia laten atau borderline, gangguan skizotipal (schizotypal disorder), gangguan kepribadian skizoid, dan paranoid (scizoid dan paranoi personality disorder). Spesifisitas konsep ini kurang dan jika ada relevansinya terbatas pada pekerjaan klinik sehari-hari
g.      Skizofrenia residual
Stadium kronik dalam perkembangan penyakit skizofrenia, yang progesivitasnya jelas dimulai dari stadium awal, terdiri dari satu atau lebih episode ke stadium lebih lanjut, ditandai oleh adanya gejala negatif jangka panjang yang kadang-kadang irrevesibel dan berbagai perburukan seperti kelambatan psikomotor,a ktivitas rendah, afek tumpul, pasif, kurang inisiatif, kuantitatif dan isi pembicaraan buruk, dan buruknya komunikasi nonverbal, perawtan diri, serta penampilan sosial
h.      Skizofrenia Simple (skizofrenia sederhana)
Suatu gangguan munculnya prilaku aneh, tidak mampu memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan penampilan total, yang terjadi secara mendadak, tetapi progrsif. Gambaran negative khas skizofrenia residual terjadi tanpa didahului oleh adanya gejala psikotik yang jelas
i.        Skizofrenia Undifferentiated (Sizofrenia yang tidak digolongkan)
Kondisi yang memenuhi kriteria diagnositik umum untuk skizofrenia, tetapi tidak memenuhi salah satu subtipe biasanya akut dan berdurasi pendek. Istilah ini diperkenalkan oleh Langfeldt pada tahun 1939, tetapi validitas konsepnya tidak diterima secara universal.
j.        Skizofrenia Coenaesthopatic
Suatu keadaan sakit fisik kronik yang secara umum ditandai oleh sensasi abnormal di berbagai bagian tubuh, namun tidak teridentifikasi adanya proses penyakit yang menyertai skizofrenia ini. Apabila coenasthopatic merupakan gejala skizofrenia maka interpretasi waham menjadi jelas. Istilah ini diperkenalkan oleh Dupre (1862-1921). Sebagai istilah diagnosis, coenaesthopatic skizofrenia sudah tidak digunakan secara umum dengan penggunaannya tidak lagi dianjurkan
6.      Rentang respon adaptif-maladaptif pada penderita Skizofrenia
Respon adatptif maksudnya respon yang masih bisa dilakukan secara normal seperti pikiran logis, presepsi akurat, emosi konsisten dengan pengalaman, prilaku sesuai dan hubungan sosial baik
Dan ketika sesorang yang menderita menuju kearah respon maladaptif maka dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya : pikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosi berlebihan atau kurang, prilaku aneh atau tidak lazim, dan menarik diri dari oranglain maupun masyarakat
Sedangkan ketika sesorang sudah memasuki fase maladaptif yaitu fase dimana sudah menuju kearah penyimpangan maka memiliki gejala seperti : gangguan pikiran atau waham, halusinasi, kesulitan untuk memperoses emosi, ketidakakauratan prilaku, dan isolasi sosial
7.      Perjalanan dan Prognosis
Jawab :
Skizofrenia tidak fatal, kecuali jika bunuh diri. Kecenderungan umum kearah disintegritas personalitas, tetapi proses ini mungkin terhenti pada satu titik, meninggalkan suatu cacat personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata. Angka remisi tanpa pengobatan sekitar 20%, tetapi dengan pengobatan, sekitar 2/3 penderita dapat mengalami suatu penyembuhan sosial. Dimasa lampau, 2/3 pasien skizofrenia harus menghabiskan waktunya dirumah sakit, saat ini hanya satu dari 10 bahkan lebih sedikit kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit permanen
Faktor prognosis yang menguntungkan mencakup tidak adanya riwayat keluarga bagi penyakit ini, personalitas normal serta latar belakang keluarga dan catatan stabil. Gambaran penyakit yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset kuat, pencetusannya yang nyata, retensi respon emosi yang normal, adanya gejala katatonik, retensi dorongan dan inisiatif. Terapi awal memberi hasil yang baik
Relaps sering timbul setelah adanya peningkatan “pristiwa hidup” dalam 3 minggu terakhir terjadi lebih sring bila pasien menajadi sasaran permusuahan dan konflik keluarga. Jika diberi obat pemerliharaan kemungkinan relaps berkurang 3 kali, tetapi walaupun diberi fenotiazin dosis pemeliharaan, angka relaps 50% dalam 2 tahun
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid, prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).
Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif. Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi. Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003).
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).
8.      Nursing Pathway
9.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan dengn MRI dan CT Scan terhadap otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia pada umumnya mengungkapkan tiga tipe abnormalitas struktural, yakni ventrikulus-ventrikulus yang membesar, atrofi kortikal, dam asimetris serebral yang terbalik
a.       ventrikulus-ventrikulus yang membesar
ciri dari otak penderita skizofrenia ialah ventrikulus-ventrikulus yang membesar( dari yang ringan sampai yang sedang) ventrikulus adalah rongga atau saluran pada otak tempat cairan serebrospinal mengalir dan diperkirakan ventrikulus-ventrikulus membesar 20-50 % pada orang yang menderita skizofrenia. Tipe kerusakan ini kelihatan sangat erat hubungannya dengan skizofrenia kronis atau proses den dengan simptom negatif (miskin dalam pembicaraan atau isi pembicaraan, suasana hati yang tumpul, motivasi kurang, masalah-masalah dalm perhatian (andreasen, et al., 1982; seidman, 1983; andreasen, et al., 1992; wolkin, et al., 1992)
b.      atrofi kortikal
masalah struktural yang kedua adalah atrofi kortikal(atrofi adalah degenerasi progresif), suatu kehilangan atau deteriorisasi umum dari sel-sel saraf pada korteks. Selain kerusakan umum, atrofi juga menyebabkan pelebaran suci yang menutup selaput otak atau pembesaran celah antara bagian-bagian otak. Kerusakan ini kelihatan sebesar 20-35 % pada orang yang menderita skizofrenia. Kemungkinan besar juga ditemukan pada pasien-pasien skizofrenia kronis atau proses atau pada orang-orang yang mengalami simptom-simptom negatif
c.       asimetris serebral yang terbalik
masalah struktural yang ketiga adalah otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia bercirikan asimetris serebral yang terbalik (reversed cerbral asimetry). Pada individu-individu yang normal, sisi kiri dari otak lebih besar dari pada sisi kiri, tetapi kadang-kadang hal ini terbalik pada orang-orang yang menderita skizofrenia. Karena fungsi kognitif yang berbeda bertempat pada salah sis dari otak (misalnya bahasa terletak pada sisi kiri sedangkan abilitas-abilitas spasiel terletak pada sisi kanan), maka perbedaan antara orang-orang normal yang menderita skizofrenia dalam struktur dua sisi tersebut dapat menimbulkan implikasi-implikasi untuk memahami masalah-masalah kognitif yang dialami oleh orang0orang yang menderita skizofrenia. Dan mengenai hal tersebut dilaporkan bahwa pada pasien-pasien skizofrenia, mereka yang memilki asmietris yang terbalik memiliki skor IQ verbal lebih rendah dari pada IQ permormansi (Luchinas, et al., 1982). Dengan kata lain, pasien-pasien yang memiliki asimetris serebral yang terbalik memperlihatkan ketidakseimbangan abilitas-abilitas yang sama dengan kelihatan pada orang-orang yang mengalami kerusakan otak.

10.  Penatalaksanaan Skizofrenia

1)       Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)

b.      Antipsikotik Konvensional
Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
Haldol (haloperidol)
Stelazine ( trifluoperazine)
Mellaril (thioridazine)
Thorazine ( chlorpromazine)

Navane (thiothixene)
Trilafon (perphenazine)
Prolixin (fluphenazine)


Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan.Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsychotic.
c.       Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
·         Risperdal (risperidone)
·         Seroquel (quetiapine)
·         Zyprexa (olanzopine)
d.      Clozaril
Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan. Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No   Nama Generik                           Sediaan                                               Dosis
1.     Klorpromazin                   Tablet, 25 dan 100 mg,                         150 - 600 mg/hari
   Injeksi 25 mg/ml
2      Haloperidol                      Tablet, 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg,               5 - 15 mg/hari
   Injeksi 5 mg/ml 
3      Perfenazin                       Tablet 2, 4, 8 mg                                 12 - 24 mg/hari
4      Flufenazin                       Tablet 2,5 mg, 5 mg                             10 - 15 mg/hari
5      Flufenazin dekanoat          Inj 25 mg/ml                                       25 mg/2-4 minggu
6      Levomeprazin                  Tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml             25 - 50 mg/hari
7      Trifluperazin                    Tablet 1 mg dan 5 mg                          10 - 15 mg/hari
8      Tioridazin                        Tablet 50 dan 100 mg                          150 - 600 mg/hari
9      Sulpirid                           Tablet 200 mg                                     300 - 600 mg/hari                                               Injeksi 50 mg/ml                                 1 - 4 mg/hari
10    Pimozid                           Tablet 1 dan 4 mg                               1 - 4 mg/hari
11     Risperidon                      Tablet 1, 2, 3 mg                                 2 - 6 mg/hari
e.       Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
Newer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
f.       Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
g.      Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
h.      Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol,protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.
Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.
2)      Terapi Psikososial
a.       Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.
b.      Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan daripenyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalahdramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c.       Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d.      Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.
3)      Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup

11.  Perencanaan keperawatan

a.      Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial b.d harga diri rendah
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Kriteria Hasil
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
Tujuan umum
Klien dapat melakukan hubungan sosia secara bertahap
-
-
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan saling percaya
a.    Klien dapat mengungkapkan perawaannya
b.    Ekspresi wajah bersahabat
c.    Ada kontak mata
d.    Menunjukkan rasa senang
e.    Mau berjabat tangan
f.     Mau menjawab salam
g.    Klien mau duduk berdampingan
h.    Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi
a.    Bina hubungan saling percaya
         Sapa klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
         Perkenalkan diri dengan sopan
         Tanya nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
         Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
         Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
         Beri perhatian kepada klien
b.    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c.    Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d.    Katakana pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Tujuan khusus 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien mampu mempertahankan aspek yang positif
a.    Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien dan beri reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya
b.    Saat bertemu klien hindarkan memberi penilaian negatif
c.    Utamakan memberi pujian yang realistis
Tujuan khusus 3
Klien dapat menilai kemampuan yang data digunakan
a.    Kebutuhan klien terpenuhi
b.    Klien dapat melakukan aktivitas terasarah
a.    Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit
b.    Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dah di rumah nantinya
Tujuan khusus 4
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan
a.    Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
b.    Klien mengikuti TAK
a.    Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total
b.    Tingkatkan kegiatan klien sesuai toleransi kondisi klien
c.    Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan  (sering klien takut melaksanakannya)
Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
a.    Berikan kesempatan kepada klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b.    Beri pujian atas usaha dan keberhasilan klien
c.    Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
a.    Klien mampu melakukan apa yang diajarkan
b.    Klien mau memberikan dukungan
a.    Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi social dan harga diri rendah
b.    Bantu kelluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c.    Bantu keluarga menyiapkan lingkungan dirumah

b.      Diagnosa keperawatan: resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendenganran b.d menarik diri
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Kriteria Hasil
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi pendengaran b.d isolasi sosial
Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
-
-
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan saling percaya
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keberadaannya secara verbal
a.    Klien mau menjawab salam
b.    Klien mau berjabat tangan
c.    Mau menjawab pertanyaan
d.    Ada kontak mata
e.    Klien mau duduk berdampingan dengan perawat
a.    Bina hubungan saling percaya
         Sapa klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
         Perkenalkan diri dengan sopan
         Tanya nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
         Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
         Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
         Beri perhatian kepada klien
b.    Beri kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c.    Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d.    Katakana pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong diri sendiri
Tujuan khusus 2
Klien dapat menyebutkan penyabab menarik diri
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
a.    Diri sendiri
b.    Orang lain
c.    Lingkungan
a.    Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b.    Beri kesempatak kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul
c.    Diskusikan dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala
d.    Berikan pujian tentang kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
Tujuan khusus 3
Klien dapat menyebutkan keuntungan bersosialisasi dengan orang lain dan kerugian todak bersosialisasi dengan orang lain
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, misalnya banyak teman, tidak sendiri, bias berdiskusi, terasa ramai, dapat bercanda
a.    Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain
b.    Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c.    Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d.    Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila todak bergaul dengan orang lain
e.    Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila tidak  berhubungan dengan orang lain
f.     Diskusikan dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
g.    Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

c.       Diagnosa keperawatan: Kurang perawatan diri b.d menarik diri
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Tujuan
Kriteria Hasil
Kurang perawatan diri b.d menarik diri
Tujuan umum
Pasien mengungkapkan keinginan untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
-
-
Tujuan khusus 1
Klien mampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk melakukannya
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
a.    Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
b.    Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian merawat dirinya tanpa bantuan.
c.    Pasien mempertahankan kebersihan diri secara optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih tanpa bantuan.
a.    Dukung pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan pasien
b.    Dukung kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan beberapa kegiatan
c.    Perlihatkan secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit melakukannya
d.    Bantu dalam menyiapkan perlengkapan ADLs
e.    Berikan pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri




















BAB III
IRK (ISLAMIC RELIGION KNOWLAGE)
BAGAN

                                                                                             





DAFTAR PUSTAKA

1.      Neal, Michael J. At a Glance Farmakologi Medis. Ed 5. Penerbit erlangga : Jakarta
2.      WHO. Leksikon (istilah kesehatan jiwa & psikiatrik). EGC : Jakarta
3.      I.M Ingram. Catatan Kuliah Psikiatri. Ed 8. 1993. EGC : jakarta
4.      Keshatan Mental 3, cetakan ke 5, 2010, Kanisius, yogyakarta
5.      Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2. Surabaya. Airlangga University Press
6.      Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC
7.      Fitrikasari, Alifiati. judul jurnal “Gambaran Beban Caregiver Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang” diakses pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
8.      Rubbyana, Urifah. judul jurnal “Hubungan antara Strategi Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom” diakses pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
9.      Fitriana, Vera. judul jurnal “GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA” diakses pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
http://abuzahra.net/article/138740/orang-gila-dalam-perspektif-islam.html diakses pada tanggal 26 april 2016, jam 21:00