BAB I
PENDAHULUAN
A.
Kasus 2
Aku Tidak Mau ...
Tn X (30 tahun) dibawa ke RSJ teriak-teriak sepanjang
malam keliling kampung. Tetangganya melaporkan bahwa Tn X mengatakan, “aku
tidak mau melakukannya, pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada. Saat ini
ia tampak komat-kamit seperti sedang bicara dengan orang lain. Ketika diajak
bicara oleh perawat dia hanya merespon sebentar kemudian kembali bicara
sendiri, pembicaraannyapun inkoheren dengan tatapan tajam
Tn X dalam 2 tahu terakhir sudah 2 kali dirawat dengan
gejala yang sama riwayata diagnosis skizofrenia paranoid dan sudah 1 bulan
tidak mengkonsusmsi obat yang diberikan dari RS, karena menganggap bahwa obat
itu racun. Ners Ani yang menerima klien segera akan memberikan asuhan
keperawatan pada Tn X.
B.
Klarifikasi istilah
1. Inkoheren
2. Skizofrenia paranoid
C.
Daftar pertanyaan
1. Mengapa klien bertriak-triak sepanjang malam dan
tetangganyapun melaporkan bahwasannya pasien mengatakan“aku tidak mau melakukannya,
pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada ?
2. Mengapa pasein komat-kamit seperti sedang bicara dengan
orang lain ?
3. Mengapa ketika diajak perawat klien hanya
meresponsebentar kemudian pembicaraannyapun inkoheren ?
4. Apa yang menyebabkan paseien di tegakan diagnosis
skizofrenia paranoid ?
5. Mengapa pasein menganggap bahwa obat tersebut adalah
racun ?
6. Apa asuhan keperawtan yang dilakukan oleh Ners Ani untuk
Tn X ?
7.
BAB II
HASIL
1.
Klarifikasi istilah
a. Inkoheren
Jawab : ketidak jelasan dan ketidak pastian
b. Skizofrenia paranoid
Jawab : Gangguan skizofrenia yang didominasi oleh waham paranoid (paranoid delusionis) yang relatif
stabil, biasanya disertai dengan halusinasi, terutama berbagai variasi
halusinasi dengar dan gangguan persepsi lainnya. Gangguan afek, minat,
pembicaraan, dan gejala katatonik tidak ada atau relatif tidak jelas
2.
Pertanyaan dari kasus
a. Mengapa klien bertriak-triak sepanjang malam dan
tetangganyapun melaporkan bahwasannya pasien mengatakan“aku tidak mau
melakukannya, pergi ...”, dan pernyataan-pernyataan senada ?
Jawab : karena pasein menganggap bahwa ada sesorang atau
sesuatu yang menakut-nakuti ataupun menajak pasien terhadap sesuatau yang tidak
disenangi oleh pasein sehingga pasein merasa takut dan paseien meluapkannya
dengan cara bertriak-triak
b. Mengapa pasein komat-kamit seperti sedang bicara dengan
orang lain ?
Karena paseien menganggapa bahwasannya paseien sedang
berbicara dengan orang lain yang sesungguhnya tidak ada alias ketidakadaanya
stimulus yang dirasakan oleh pasien tersebut
c. Mengapa ketika diajak perawat klien hanya
meresponsebentar kemudian pembicaraannyapun inkoheren ?
Jawab : Karena ketika diajak berbicara oleh perawat
mungkin gejala skizofrennya timbul lagi sehingga pasein fukus pada apa yang
dianggapnya itu ada
d. Apa yang menyebabkan paseien di tegakan diagnosis
skizofrenia paranoid ?
Jawab : Karena pasein mengalami waham auditorik dan waham
visual serta adanya rasa takut ketika wahamnya tersebut muncul
e. Mengapa pasein menganggap bahwa obat tersebut adalah
racun ?
Jawab : karena pasien mengganggap bahwa obat yang
diberikan oleh RS adalah tujuannya untuk membunuh paseirn
f. Apa asuhan keperawtan yang dilakukan oleh Ners Ani untuk
Tn X ?
Jawab : sebagai perawat kita bisa mengjarkan manajemen
wahamnya yang tujuannya agar dapat menangani waham auditorik dan visualnya
serta melakukan terapi aktivitas klompok
3.
Pertanyaan LO
1. IRK
2. Definisi Skizofrenia
3. Etiologi
4. Manifestasi klinis
5. Klasifikasi Skizofrenia
6. Rentang adaptif-maladaptif
7. Perjalanan Dan Prognosis
8. Pemeriksaan penunjang
9. Nursing Pathway
10. Penatalaksanaan
11. Perencanaan Keperawatan
4.
Jawaban LO
1. Islamic Religion Knowlage (IRK)
Imâm Muhammad Al-Bâqir as berkata,
"Ketika Allâh 'azza wa jalla menciptakan akal, Dia berfirman kepadanya,
Menghadaplah kamu!. Lantas akal itu menghadap. Dia berfirman lagi, Berbaliklah
kamu!. lalu akal itu berbalik. Dia berfirman, Demi keagungan-Ku dan
kemuliaan-Ku, Aku tidak menciptakan makhluk yang lebih Aku cintai selain darimu
dan Aku tidak sempurnakan kamu, selain pada makhluk yang Aku cinta, kepadamu Aku
perintah, kepadamu Aku melarang, kepadamu Aku memberi pahala dan kepadamu Aku
memberi siksa
Imâm 'Ali bin Abî Thâlib as
berkata, "Jibril as telah turun kepada Âdam as, kemudian dia berkata
kepadanya, 'Wahai Âdam, Allâh telah perintahku untuk memberikan pilihan
kepadamu salah salah satu dari yang tiga, maka pilihlah olehmu salah satunya.' Âdam
as bertanya, 'Apa yang tiga itu ya Jibril?' Jibrîl berkata, 'Akal, malu dan
ajaran.' Âdam berkata, 'Aku pilih akal.' Kemudian Jibrîl berkata kepada malu
dan ajaran, 'Pergilah kamu berdua dan tinggalkan dia.' Mereka berdua berkata,
'Ya Jibrîl, kami telah diperintah untuk tetap bersama akal di mana pun dia
berada.' Jibril berkata, 'Itu urusan kamu berdua.' Kemudian Jibril
pergi.'"
Tentang kehebatan dan kesucian
akal Rasûlullâh saw bersabda, "Innamâ yudrakul khairu kulluhu bil 'aqli,
walâ dîna liman lâ 'aqla lahu." (Kebaikan
seluruhnya hanya bias dicapai dengan akal, dan tidak beragama bagi orang yang
tidak ada akal baginya )."
a.
Akal Sebagai Imâm Tertinggi
Pikiran dan hati manusia yang labil
sering kali membawa manusia kepada ketersesatan dan menyimpang dari jalan yang
lurus. Agar kita tidak pemikir yang tergelincir, ahli filsafat yang tersesat
atau sufi yang emosional dalam mengabdi, maka pikiran dan hati itu dipimpin
oleh akal. Imâm 'Ali as berkata, "Akal-akal itu adalah Imâm-Imâm bagi
pikiran-pikiran, pikiran-pikiran itu Imâm-Imâm bagi hati-hati dan hati-hati itu
Imâm-Imâm bagi indera dan indera Imâm bagi seluruh anggota."
b.
Makhluk Ruhani
Akal adalah makhluk ruhani yang
pertama-tama Allâh 'azza wa jalla ciptakan dari cahaya-Nya, sebagaimana yang
dikatakan Imâm Ja'far Al-Shâdiq as, "Innallâha jalla tsanâuhu khalaqal
'aqla wa huwa awwalu khalqin khalaqahu minar rûhâniyyîna 'an yamînil 'arsyi min
nûrihi." (Sesungguhnya Allâh Maha Agung Puji-Nya telah menciptakan akal
dan dia itu makhluk pertama yang Dia ciptakan dari kalangan makhluk ruhani dari
sebelah kanan 'Arsy dari cahaya-Nya)
c. Hujjah Allâh
Imâm Hasan
Al-'Askarî as berkata, "Inna lillâhi 'alan nâsi hujjatayni, hujjatan
zhâhiratan wa hujjatan bâthinatan. Fa-ammazh
zhâhiratu far rusulu wal anbiyâu wal aimmatu, wa ammal bâthinatu fal
'uqûl." (Sesungguhnya Allâh punya dua macam hujjah atas manusia, hujjah
yang kelihatan dan hujjah yang tersembunyai. Adapun hujjah yang kelihatan
adalah para Rasûl, para nabi dan para Imâm, dan adapun hujjah yang tersembunyai
adalah akal).
Pada manusia ada akal, hawa dan
nafs (jiwa). Jika manusia ini akan diperebutkan oleh dua kekuatan: kekuatan
akal dan kekuatan hawa. Adalah keinginan yang selalu menyimpang dari kebenaran.
d. Fungsi Akal
Akal itu berti pengekang atau
pengikat, maka dia berfungsi untuk mengekang dan mengikat. Apa yang mesti
diikat oleh akal itu? Rasûlullâh saw telah bersabda dalam jawabannya kepada
Syam'ûn bin Lawi bin Yahuda – salah seorang dari hawârî 'Isâ as. tantang fungsi
akal, "Sesungguhnya akal itu adalah tali yang yang harus mengikat
kebodohan dan jiwa. Kebodohan itu semisal binatang yang paling susah diurus,
jika dia tidak diikat, maka dia akan tersesat."
Yang dimaksudkan dengan kebodohan
di sini dalam sabda Nabi saw diatas adalah potensi manusia untuk berbuat makar
kepada Allâh. Pada hakikatnya manusia yang melakukan keburukan itu adalah
manusia yang bodoh. Firman Allâh 'azza wa jalla, "Ketahulilah mereka
itulah yang bodoh, namun mereka tidak tahu." Dan
firman-Nya,"Ketahuilah mereka itu orang-orang yang berbuat kerusakan,
tetapi mereka tidak menyadari."
Imâm 'Alî bin Abî
Thâlib as berkata, "Akal itu adalah makhluk yang mempunyai pasukan Allâh
Yang Maha Pemurah sedangkan hawa itu pemimpin tentara setan. Dan
nafs ditarik-tarik diantara keduanya, yang mana saja dari keduan kekuatan itu
yang menang, maka nafs akan berada di pihaknya.”
e. Orang Gila (Majnûn)
Orang yang tidak
berakal itu ada dua macam;
(1) Orang yang
tidak berakal karena memang dia tidak mempunyai akal (ruh akalnya tidak ada). Orang
semacam itu jangan kita juluki sebagai 'orang gila', kita mesti menyebutnya
orang yang terkena musibah (mushâb ).
(2) Orang yang tidak berakal karena
dia tidak mau menggunakan akalnya yang ada pada dirinya. Orang semacam inilah
yang disebut oleh Rasûlullâh Saw sebagai orang gila. Suatu hari ada orang tidak
normal yang lewat ke hadapan Nabi saw, lalu di antara sahabat Nabi ada yang
menyebutnya majnûn (gila). Rasûl berkata, "Jangan kamu katakan dia majnûn,
tetapi katakanlah dia itu mushâb (orang yang terkena musibah). Orang gila itu
hanyalah orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat."
Dalam riwayat yang
lain beliau bilang, "Sesungguhnya orang gila itu adalah hamba (manusia)
baik laki-laki atau perempuan yang menghabiskan masa mudanya dalam
ketidaktaatan kepada Allâh."
Dalam riwayat yang lain beliau
berkata, "Ini bukan orang gila, maukah kukabarkan kepadamu orang gila yang
sebenarnya? Orang yang sombong dalam berjalannya, yang memandang dengan kedua
sudut matanya dan yang menggerak-gerakkan kedua lambungnya dengan kedua
bahunya, maka itulah orang gila sedangkan ini orang yang kena bala."
Orang yang mengutamakan dunia di
atas akhirat disebut majnûn atau orang gila, dikarenakan dia tidak menggunakan
akal. Coba kita pikirkan, dunia yang fana, yang akan binasa dan yang akan kita
tinggalkan ini, mengapa harus diutamakan atas akhirat yang kekal abadi yang di
sana manusia akan hidup untuk selama-lamanya; apakah sengsara dan menderita
ataukah senang dan bahagia. Orang yang tidak taat pada Allâh juga merupakan
bagian dari orang yang mengutamakan dunia di atas akhirat, dan termasuk orang
gila juga. Dan sabdanya, "Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah orang
yang patuh kepada Allâh walaupun buta penglihatannya dan rendah status
sosialnya. Dan orang jahil (gila) itu adalah orang yang tidak patuh kepada
Allâh walaupun tampan dan kaya."
Ada seorang kristen
dari Najrân datang ke Madinah, menurut sebagian sahabat Nabi dia itu orang yang
mempunyai kewibaan dan kehebatan hingga mereka mengatakan kepada Nabi saw,
"Alangkah berakal itu orang keristen ini." Kemudian
Nabi menyalahkan orang-orang yang mengatakan kalimat pujian ini seraya
bersabda, "Diamlah kalian! Sesungguhnya orang yang berakal itu adalah
orang yang mentauhidkan Allâh."
Imâm 'Alî bin Abî Thâlib as
berkata, "Orang yang berakal itu adalah orang yang menjauhi dosa-dosa dan
membersihkan cela-cela."
Mungkin kita ini
juga belum dikatakan sebagai manusia yang berakal, kecuali apabila klita
benar-benar taat kepada Allâh 'azza wa jalla, mentauhidkan-Nya, menjauhi segala
dosa, membersihkan akhlak tercela dan tidak mengutamakan dunia di atas akhirat.
f. Riyâdhah
Riyâdhah adalah
melatih taslîm (penyerahan) ruh agar mencapai kesempurnaan akal (kamâlul 'aql
). Di bawah ini ada beberapa sulûk (jalan ruhani yang mesti ditempuh) dari
Rasûlullâh saw dan Ahlibaitnya bila kita ingin mencapai kemuliaan yang tinggi,
mendapat sebutan yang baik dan menjadi manusia termulia pada zaman ini. Rasûlullâh
saw bersabda bahwa dengan sepuluh sifat berikut dapat dikenal seseorang sebagai
orang yang berakal:
(1) Bersikap toleran dan santun
terhadap orang yang berlaku jahil kepadanya,
(2) memaafkan orang yang berbuat zalim
kepadanya,
(3) merendah kepada orang yang
berada di bawahnya,
(4) berusaha
menyusul orang yang berada di atasnya dalam hal mencari kebaikan,
(5) apabila dia
hendak berbicara berpikir dulu,
(6) jika perkataan
itu mengandung keburukan dia diam hingga dia selamat,
(7) bila datang
fitnah kepadanya dia berpegang kepada Allâh dan dia tahan tangan serta
lidahnya,
(8) apabila dia
melihat keutamaan, dia berusaha untuk memperolehnya,
(9) sifat malunya
tidak terpisah darinya dan (10) tidak tampak darinya sifat rakus.
Dari sejumlah
perkataan Imâm 'Ali as bahwa ciri-ciri orang yang berakal itu ialah orang yang
mampu mengambil pelajaran dari pengalaman; menjaga urusannya (dengan baik);
ucapannya dibenarkan oleh perbuatannya; mengikat lidahnya (tidak sembarang
bicara); berlaku zuhud dari hal-hal yang disenangi orang jahil; membaguskan
perbuatannya dan meletakkan usahanya pada tempat-tempatnya; berserah diri
kepada qadhâ dan beramal dengan hati-hati; apabila dia diam, maka diamnya itu
berpikir, jika dia berbicara, maka bicaranya itu berdzikir dan bila memandang,
maka pandangannya itu mengambil i'tibâr (pelajaran); apabila dia berilmu, dia
mengamalkan ilmunya dan jika dia beramal, maka beramal dengan ikhlash;
bersandar atas amal salehnya; bersiap-siap untuk kepergiannya dan memakmurkan
akhirat yang akan ditempatinya; seandainya keburukan-keburukan tidak dilarang
Allâh, maka orang berakal itu pasti menjauhinya; zuhud dari dunia yang rendah
lagi fana dan mengharap surga yang tinggi lagi kekal; merasa risi dengan
kematian yang akan dia hadapi di alam ini sehingga dia siapkan bekal
sebaik-baiknya sebelum sampai ke negeri terakhir yang seandainya di negeri itu
dia mencita-citakan kematian, maka tidak akan mendapatkannya lagi; meninggalkan
perkara yang tidak berguna; menolak yang batil; yang halal tidak menyibukkan
syukurnya; yang haram tidak mengalahkan sabarnya; menguasai hawa nafsunya;
tidak menjual akhirat dengan dunianya; menguasai emosinya ketika marah, berhasrat
dan ketika takut; tidak berbicara pada orang yang dikhawatirkan mendustakannya,
tidak meminta pada orang yang dikhawatirkan tidak memberinya, tidak
memberanikan diri atas apa yang dia khawatirkan ada udzur (kelemahan) darinya
dan tidak berharap pada orang yang dia tidak mempercayainya; tidak meremehkan
seseorang, tidak lalai; tidak bertutur-kata kecuali seperlunya dan tidak
menyibukkan diri selain untuk kebaikan akhiratnya; kekuatan yang dimilikinya
tidak membawanya berlebihan dan kelemahan yang ada pada dirinya tidak
menyebabkannya malas bersungguh-sungguh dalam beramalnya dan memendekkan
angan-angannya; mencari kesempurnaan; menjaga lidahnya dari mengumpat.
Rasûlullâh saw
berkata, "Allâh 'azza wa jalla tidak diibadati dengan sesuatu yang lebih
utama dari akal, dan orang yang beriman tidak menjadi orang yang berakal hingga
terhimpun pada dirinya sepuluh hal berikut ini:
(1) Kebaikannya
jadi dambaan,
(2) keburukannya
diamankan,
(3) memandang
banyak pada kebaikan yang sedikit dari orang lain,
(4) menganggap
sedikit pada kebaikan dirinya yang banyak,
(5) tidak jemu
melayani hajat dan kebutuhan orang lain yang disampaikan kepadanya,
(6) tidak pernah
bosan dalam menuntuk ilmu sepanjang hayatnya,
(7) kemiskinan
lebih dia sukai dari hidup kaya,
(8) kerendahan atau
dipandang rendah orang lain lebih dia sukai dari penghormatan,
(9) tidak terkenal
lebih dia cintai dari popularitas dan
(10) mengganggap
orang lain lebih baik dari dirinya. Manusia itu ada
dua macam: Manusia yang baik lagi bertaqwâ dan manusia yang buruk lagi terhina.
Dan ketika orang berakal itu berjumpa dengan orang yang dia anggap lebih baik
dan lebih bertaqawâ dari dirinya, maka dia merendah diri kepadanya demi
menyusulnya. Dan jika bertemu dengan orang yang dipandangnya lebih buruk dan lebih
rendah darinya, orang yang berakal itu akan mengatakan (dalam hatinya),
'Barangkali kebaikan orang ini tersembunyi (bâthin) sedang kebaikannya tampak
(zhâhir), barangkali akan ditutupkan baginya (husnul khâtimah) dengan kebaikan.
Apabila dia melakukan hal yang demikian, maka tinggi kemuliannya dan menjadi
orang mulia (sayyid) pada zamannya."
Itulah sepuluh
latihan dari mursyid sejati Rasûlulah saw untuk tercapainya kesempurnaan di
sisi Allâh 'azza wa jalla.
Takut dan taat
kepada penguasa (pemerintah) akan mengurangi atau bahkan menghilangkan
kesempurnaan akal. Para penguasa di mana pun mereka berkuasanya di bumi Allâh
ini, apabila mereka tidak memakai Islâm dalam sistim pemerintahannya dan tidak
menegakkan hukum-hukum yang Allâh turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang
kafir, zalim atau fâsiq yang selalu konfrontasi dan berbuat makar kepada Allâh
'azza wa jalla.
Penguasa hanya
manusia biasa seperti halnya manusia yang tidak berkuasa, dan mereka seringkali
berbuat zalim terhadap rakyatnya, oleh karena itu tidak perlu kita takuti. Maka
taat dan takutnya seseorang pada penguasa yang zalim telah menunjukkan
ketidaksempurnaan akal orang tersebut. Rasûlullâh saw bersabda, "Manusia
yang paling sempurna akalnya adalah manusia yang paling takut dan paling taat kepada
Allâh, dan manusia yang paling kurang akalnya adalah manusia yang paling takut
dan paling taat kepada penguasa."
2. Definisi Skizofrenia
Jawaban :
a.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh
ditandai dengan terdapatnya perpecahan (schim)
antara pikiran, emosi, dan prilaku pasien yang terkena. Perpeacahan pada pasien
di gambarkan dengan adanya gejala fundamental (atau primer) spesifik, yaitu
gangguan pikiran yang ditandai dengan gangguan asosiasi khususnya kelonggaran
asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan
ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan
& Sadock, 2004)
b.
Skizofrenia merupakn salah satu gangguan jiwa (psikosis) yang serangannya
mungkin timbul akut. Setiap pasien yang dicuriai menderita sekizofrenia harus
dipriksakan ke psikiater setelah disingkirkan kemungkinan adanya kelinan
organik (Buku Saku Kedokteran)
c.
Berdasarkan DSM-IV, skizofrenia merupakan gangguan yang terjadi dalam
durasi paling sedikit selama 6 bulan, dengan 1 bulan fase aktif gejala (atau
lebih) yang diikuti munculnya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak
terorganisasi, dan adanya prilaku katatonik serta adanya gejala katatonik (APA,
2000)
d.
Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2007).
3. Etiologi
Jawab :
a.
Genetik
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan
bagi saudara tiri 0,9 – 1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 %,
dan kembar satu telus 61-86 % (W.F Maramis)
b.
Faktor Biologis
Pada penderita dapat ditemukan gangguan organik berupa
pelebaran ventrikel tiga dari lateral; atrofi bilateral lobus temporomedial dan
girus parahipokampus, hipokampus, dan amigdala; disorientasi spasial sel
piramid hipokampus; serta penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral
c.
Kerusakan Struktur Otak
Biasanya pada penderita Skizofrenia ketika dilakukan
CT-Scan maka ada kelainan pada daerah ventrikulum, Atrofikortikal, dan
kesimetrisan serebral
d.
Faktor biokimia
Gejala psikotik pada pasien skizofrenia timbul
diperkirakan karena adanya gangguan nurotransmiter sentral yaitu peningkatan
aktivitas dopamin (hipotesis dopamin). Teori lain mengatakan terjadi
peningkatan nurotransmiter serotonin (5-HT2A) dan norepinerfin pada sistem
limbik
e.
Skizofrenia adalalah suatu sindrom yang ditandai oleh manifestasi
psikologis spesifik. Manifestasi ini meliputi halusianasi auditorik, waham,
gangguan pikiran, dan gangguan prilaku. Bukti-bukti terbaru menunjukan bahwa
skizofrenia disebabkan kelainan yang melibatkan lobus temporalis medial (Girus
parahipokampus, hipokampus, dan amigdala), korteks lobus temporalis dan
frontalis
f.
Teori Adolf Mayer
Sekizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniyah
sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelinan patologis anatomis atau fisiologis
yang khas pada SSP tetapi Mayer mengakui bahwa suatu konstitusi yang inferior
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya skizofrenia. Menurut Mayer
skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga
timbul disorganisasi keperibadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan
diri dari kenyataan (otisme)
g.
Teori Simund Freud
Skizofrenia terdapat
1)
Kelemahan ego, yang dapat ditimbul karena penyebab psikogenik ataupun
somatik
2)
Superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan id yang berkuasa
serta terjadi suatu regresi ke fase narsisime dan,
3)
Kehilangan kapasitas untuk pemindahan (transfernce) sehingga terapi
psikoanalitik tidak mungkin
h.
Teori Eugen Bleuler
Penggunaan istilah skizofrenia menonjolkan gejala utama
penyakit ini yaitu proses berfikir, perasaan, dan perbuatan. Bleuler membagi
gejala skizofrenia menjadi 2 klompok yaitu gejala primer (gangguan proses
fikir, gangguan emosi, gangguan kemauan, otisme) gejala sekunder (waham,
halusinasi, dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik lainnya)
4. Manifestasi klinis
Jawab :
a. Menurut Yuliana Elin, 2009
1)
Gejala akut dari skizofrenaia meliputi tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan; halusinasi (terutama mendengar suara-suara bisikan);
delusi(keyakinan yang salah namun dianggap benar oleh penderita); ide-ide
karena pengaruh luar (tindakannya dikendalikan oleh pengaruh dari luar
dirinya); ambiven (pemikiran yang saling bertentangan); datar, tidak tepat atau
afek yang labil; autisme (menarik diri dari lingkungan sekitar dan hanya
memikirkan dirinya); tidak mau bekerja sama; menyukai hal-hal yang dapat
menimbulkan konflik pada lingkungan sekitar dan melakukan serangan balik secara
verbal maupun fisik kepada orang lain; tidak merawat diri sendiri; dan gangguan
tidur maupun nafsu makan
2)
Setelah terjadinya episode psikotik akut, biasanya penderita skizofrenia
mempunyai gejala-gejala sisa (cemas, curiga, motivasi menurun, kepedulian
berkurang, tidak dapat memutuskan susuatu, menarik diri dari berhubungan dengan
lingkungan sekitar, sulit untuk belajar dari pengalaman dan tidak bisa merawat
diri
b.
Gejala menurut Bleuler
1.
Gejala Primer
1)
Gangguan proses pikir (bentuk, langkah, dan isi pikiran) yang paling
menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi)
2)
Gangguan afek emosi
Ø Terjadi kedangkalan afek-emosi
Ø Pramimi dan pratimi (ingcongruty of affect / inadekuat)
Ø Emosi dan afek serta ekspresianya tidak mempunyai suatu
kesatuan
Ø Emosi berlebihan
Ø Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang
baik
3)
Gangguan kemauan
Ø Terjadinya kelemahan kemauaan
Ø Permintaan negativisime atas permintaan
Ø Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi
orang lain
4)
Gejala psikomotor
Ø Stupor atau hiperkinesis, logorea dan neulogisme
Ø Stereotipi
Ø Katelepsi :mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang
lama
Ø Echolalia dan Echopraxi
5)
Autisme
2.
Gejala sekunder
Ø Waham, dan
Ø Halusinasi
c.
Gejala-gejala Skizofrenia dapat dibagi dalam 2 klompok yaitu :
1.
Gejala Positif
1)
Delusia
Suatu keyakinan yang tidak rasional. Meskipun telah
dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita
tetap meyakini kebenarannya
2)
Halusinasi
Pengalaman panca indra tanpa ada rangsangan (stimulus).
Misalnya penderita mendengar suara-suara / bisikan-bisikan ditelinganya padahal
tidak ada sumber dari suara / bisikan itu
3)
Kekacauan alam pikir
Dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya
kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya
4)
Waham
2.
Gejala Negatif
1)
Alam perasaan (affect) tumpul dan
mendatar
Gambaran alam perasaan inidapat terlihat dari wajahnya
yang tidak menunjukan ekspresi
2)
Menarik diri atau mengasingkan diri, tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lainnya dan suka melamun
3)
Kontak emosional sangat sedikit
4)
Pasif dan apatis
5)
Sulit dalam berfikir nyata
6)
Pola fikir steorotip
7)
Tidak ada/ kehilangan dorongan kehendak dan tidak ada inisiatif
5.
Klasifikasi Skizofrenia
Jawab :
a.
Skizofrenia Hebrefenik
Merupakan suatu bentuk
skizofrenia, biasanya timbul pada usia remaja atau dewasa awal, dengan
perubahan afektif yang menonjol, waham (delusions)
dan halusinasi yang singkat dan terpecah, prilaku yang tidak bertanggung jawab
serta tidak dapat diramalkan, dan sering disertai dengan manerisme,. Mood
dangkal dan tidak sesuai, proses berfikir tidak terorganisasi dan pembicaraan
inkoheren. Terdapat kecenderungan yang jelas untuk terjadiny isolasi sosial.
Prognosisnya cenderung buruk karena perkembangan gejala negative (negative symptom) terjadi dengan cepat,
terutama afek datar dan kehilangan minat dalam segala hal.
Mulainya biasanya pada akhir
belasan tahun. Gejala awal kebingungan, konsentrasi buruk, berkabut, mimpi
siang hari sadar akan keadaan dirinya sendiri, kemurungan, depresi, apatis,
waham spintas, ide pseudoilmiah dan pseudofilosofi, perasaan inferioritas, dan
ketidak adekuatan. Gengguan pemikiran menjadi jelas dan mungkin ada pemikiran
konkrit atau hambatan pikiran. Khas ada keanehan emosi
b.
Skizofrenia Paranoid
Gangguan skizofrenia yang
didominasi oleh waham paranoid (paranoid
delusionis) yang relatif stabil, biasanya disertai dengan halusinasi,
terutama berbagai variasi halusinasi dengar dan gangguan persepsi lainnya.
Gangguan afek, minat, pembicaraan, dan gejala katatonik tidak ada atau relatif
tidak jelas
Gejala khasnya waham kejaran primer
dan sekunder dengan halusinasi auditorius. Mulainya lambat dibandingkan dengan
skizofrenia hebrefenik, biasanya antara 30 dan 50 tahun. Perjalanannya menahun
sehingga kemunduruan personalitas minimum. Salah interpretasi tindakan orang
lain bisa diakibatkan oleh dalam ide kejaran. Waham bisa “diselubungi” dan
pasien bisa berprilaku normal, tetapi biasanya wahamnya akan menimbulkan
pertentangan dengan masyarakat. Walaupun perjalanan penyakit ini menahun,
tetapi mungkin saja ada fluktuasi gejala secara periodik. Seringkali didahului
oleh adanya kepribadian paranoid-individu hipersensitif atau sangat
berhati-hati walaupun dalam keadaan yang tidak membahayakan atau yang diisolasi
oleh alasan deformitas, ketulian, kesulitan bahasa, dsb. Kdang-kadang wahamnya
bisa “menular”; biasanya keluarga dekat terlibat dalam folie a deux
c.
Skizofrenia katatonik
Gangguan skizofrenia yang
disominasi oleh gangguan psikomotor yang menonjol, dapat terjadi diantara kedua
ekstremitas secara bergantian seperti hiperkinesis atau stupor atau kerapuhan
otomatik dan negativisme. Sikap dan posisi tubuh yang sangat terbatas mungkin
dipertahankan dalam periode yang cukup lama. Gambaran klinis yang menonjol
dapat berupa episode kesenangan terhadap kekerasan. Fenomena katatoniknya dapat
dikombinasikan dengan keadaan seperti mimpi (oneiroid)(dream-like oneroid
state) yang disertai halusinasi (hallucination) penglihatan yang tampak
hidup
Prilaku sterotip, negativisme,
pengambilan sikap, immobilitas dan stupor merupakan sifat paling jelas.
Hambatan pikiran, neologisme, halusinasi bisa
juga timbul. Kegembiraan akut dapat menadi tanda pertama penyakit.
Gejala katatonik menjadi semakin jarang dalam 30 tahun terakhir ini: mungkin
banyak yang merupakan produk neurosis institusional
d.
Skizofrenia Parhapenic
Istilah yang sering digunakan
untuk penyakit paranoid berawitan lambat dengan gambaran klinis didominasi oleh
waham ekspansif atau fantasis yang tersistematik. Dalam skema Leonhard,
parafrenia adalah istilah yang dipilih untuk semua bentuk paranoid psikosis
skizofrenia yang berada dalam klompok gangguan yang sistematik
e.
Skizofrenia Simpleks
Gambaran khas skizofrenia kronik
dapat terlihat pada banyak pasien baik yang berada didalam mayarakat maupun
yang sedang menjalani perawatan jangka lama. Gejala negatif mendominasi, tanpa
dorongan dan inisiatif, kemiskinan pikiran dan emosi serta prilaku eksentrik
soliter. Terlihat “disorientasi usia” dan bukti ada penumpukan kerusakan cerebrum,
seperti yang terlihat pada dilatasi ventrikulus cerebri yang dikaitkan dengan
drajat gangguan fungsi intelektual. Keadaan ini biasanya merupakan hasil akhir
dari gejala-gejala skizofrenia yang sebelumnya telah berkembang penuh, tetapi dalam
beberapa kasus, onsetnya sangat pelan, sehingga pasien seolah-oleh langsung
tampil dalam keadaan cacat (Skizofrenia Simpleks)
f.
Skizofrenia genetic Spectrum (Skizofrenia Spektrum
Genetik)
Merupakan defini penyakit dan
daftar kondisi serta keanehan prilaku yang dipostulasikan sebagai ekspresi
fenotif parsial atau alternatif dari genitif yang mendasari skizofrenia.
Hubungan kearah skizofrenia lebih didasarkan pada kejadiaan skizofrenia daripada
peluang timbulnya penyakit tersebut pada anggota keluarga tingkat pertama yang
menderita skizofrenia. Biasanya juga termasuk skizofrenia laten atau borderline, gangguan skizotipal (schizotypal disorder), gangguan
kepribadian skizoid, dan paranoid (scizoid
dan paranoi personality disorder). Spesifisitas konsep ini kurang dan jika
ada relevansinya terbatas pada pekerjaan klinik sehari-hari
g.
Skizofrenia residual
Stadium kronik dalam perkembangan
penyakit skizofrenia, yang progesivitasnya jelas dimulai dari stadium awal,
terdiri dari satu atau lebih episode ke stadium lebih lanjut, ditandai oleh
adanya gejala negatif jangka panjang yang kadang-kadang irrevesibel dan
berbagai perburukan seperti kelambatan psikomotor,a ktivitas rendah, afek
tumpul, pasif, kurang inisiatif, kuantitatif dan isi pembicaraan buruk, dan
buruknya komunikasi nonverbal, perawtan diri, serta penampilan sosial
h.
Skizofrenia Simple (skizofrenia sederhana)
Suatu gangguan munculnya prilaku
aneh, tidak mampu memenuhi tuntutan masyarakat, dan penurunan penampilan total,
yang terjadi secara mendadak, tetapi progrsif. Gambaran negative khas
skizofrenia residual terjadi tanpa didahului oleh adanya gejala psikotik yang
jelas
i.
Skizofrenia Undifferentiated (Sizofrenia yang tidak
digolongkan)
Kondisi yang memenuhi kriteria
diagnositik umum untuk skizofrenia, tetapi tidak memenuhi salah satu subtipe
biasanya akut dan berdurasi pendek. Istilah ini diperkenalkan oleh Langfeldt pada tahun 1939, tetapi
validitas konsepnya tidak diterima secara universal.
j.
Skizofrenia Coenaesthopatic
Suatu keadaan sakit fisik kronik
yang secara umum ditandai oleh sensasi abnormal di berbagai bagian tubuh, namun
tidak teridentifikasi adanya proses penyakit yang menyertai skizofrenia ini.
Apabila coenasthopatic merupakan
gejala skizofrenia maka interpretasi waham menjadi jelas. Istilah ini
diperkenalkan oleh Dupre (1862-1921). Sebagai istilah diagnosis, coenaesthopatic skizofrenia sudah tidak
digunakan secara umum dengan penggunaannya tidak lagi dianjurkan
6.
Rentang respon adaptif-maladaptif pada penderita
Skizofrenia
Respon adatptif maksudnya respon
yang masih bisa dilakukan secara normal seperti pikiran logis, presepsi akurat,
emosi konsisten dengan pengalaman, prilaku sesuai dan hubungan sosial baik
Dan ketika sesorang yang
menderita menuju kearah respon maladaptif maka dapat dilihat dari beberapa hal
diantaranya : pikiran kadang menyimpang, ilusi, reaksi emosi berlebihan atau
kurang, prilaku aneh atau tidak lazim, dan menarik diri dari oranglain maupun
masyarakat
Sedangkan ketika sesorang sudah
memasuki fase maladaptif yaitu fase dimana sudah menuju kearah penyimpangan
maka memiliki gejala seperti : gangguan pikiran atau waham, halusinasi,
kesulitan untuk memperoses emosi, ketidakakauratan prilaku, dan isolasi sosial
7.
Perjalanan dan Prognosis
Jawab :
Skizofrenia tidak fatal,
kecuali jika bunuh diri. Kecenderungan umum kearah disintegritas personalitas,
tetapi proses ini mungkin terhenti pada satu titik, meninggalkan suatu cacat
personalitas yang mungkin tidak menarik perhatian atau nyata. Angka remisi
tanpa pengobatan sekitar 20%, tetapi dengan pengobatan, sekitar 2/3 penderita
dapat mengalami suatu penyembuhan sosial. Dimasa lampau, 2/3 pasien skizofrenia
harus menghabiskan waktunya dirumah sakit, saat ini hanya satu dari 10 bahkan
lebih sedikit kasus yang memerlukan perawatan rumah sakit permanen
Faktor prognosis yang
menguntungkan mencakup tidak adanya riwayat keluarga bagi penyakit ini,
personalitas normal serta latar belakang keluarga dan catatan stabil. Gambaran
penyakit yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset kuat, pencetusannya
yang nyata, retensi respon emosi yang normal, adanya gejala katatonik, retensi
dorongan dan inisiatif. Terapi awal memberi hasil yang baik
Relaps sering timbul setelah
adanya peningkatan “pristiwa hidup” dalam 3 minggu terakhir terjadi lebih sring
bila pasien menajadi sasaran permusuahan dan konflik keluarga. Jika diberi obat
pemerliharaan kemungkinan relaps berkurang 3 kali, tetapi walaupun diberi
fenotiazin dosis pemeliharaan, angka relaps 50% dalam 2 tahun
Perjalanan penyakit skizofrenia sangat bervariasi pada
tiap-tiap individu. Perjalanan klinis skizofrenia berlangsung secara
perlahan-lahan, meliputi beberapa fase yang dimulai dari keadaan premorbid,
prodromal, fase aktif dan keadaan residual (Sadock, 2003; Buchanan, 2005).
Pola gejala premorbid merupakan tanda pertama penyakit
skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya secara retrospektif.
Karakteristik gejala skizofrenia yang dimulai pada masa remaja akhir atau
permulaan masa dewasa akan diikuti dengan perkembangan gejala prodromal yang
berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Tanda dan gejala prodromal
skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah), merasa diteror atau depresi.
Penelitian retrospektif terhadap pasien dengan skizofrenia menyatakan bahwa
sebagian penderita mengeluhkan gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri
punggung dan otot, kelemahan dan masalah pencernaan (Sadock, 2003).
Fase aktif skizofrenia ditandai dengan gangguan jiwa yang
nyata secara klinis, yaitu adanya kekacauan dalam pikiran, perasaan dan
perilaku. Penilaian pasien skizofrenia terhadap realita terganggu dan pemahaman
diri (tilikan) buruk sampai tidak ada. Fase residual ditandai dengan menghilangnya
beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang tinggal hanya satu atau dua gejala
sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis, yaitu dapat berupa penarikan diri
(withdrawal) dan perilaku aneh (Buchanan, 2005).
8. Nursing Pathway
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan dengn MRI dan CT
Scan terhadap otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia pada umumnya
mengungkapkan tiga tipe abnormalitas struktural, yakni ventrikulus-ventrikulus
yang membesar, atrofi kortikal, dam asimetris serebral yang terbalik
a. ventrikulus-ventrikulus yang membesar
ciri dari otak penderita skizofrenia ialah
ventrikulus-ventrikulus yang membesar( dari yang ringan sampai yang sedang)
ventrikulus adalah rongga atau saluran pada otak tempat cairan serebrospinal
mengalir dan diperkirakan ventrikulus-ventrikulus membesar 20-50 % pada orang
yang menderita skizofrenia. Tipe kerusakan ini kelihatan sangat erat
hubungannya dengan skizofrenia kronis atau proses den dengan simptom negatif
(miskin dalam pembicaraan atau isi pembicaraan, suasana hati yang tumpul,
motivasi kurang, masalah-masalah dalm perhatian (andreasen, et al., 1982; seidman, 1983; andreasen, et al., 1992;
wolkin, et al., 1992)
b. atrofi kortikal
masalah struktural yang kedua adalah atrofi kortikal(atrofi
adalah degenerasi progresif), suatu kehilangan atau deteriorisasi umum dari
sel-sel saraf pada korteks. Selain kerusakan umum, atrofi juga menyebabkan
pelebaran suci yang menutup selaput otak atau pembesaran celah antara
bagian-bagian otak. Kerusakan ini kelihatan sebesar 20-35 % pada orang yang
menderita skizofrenia. Kemungkinan besar juga ditemukan pada pasien-pasien
skizofrenia kronis atau proses atau pada orang-orang yang mengalami
simptom-simptom negatif
c. asimetris serebral yang terbalik
masalah struktural yang ketiga adalah otak dari
orang-orang yang menderita skizofrenia bercirikan asimetris serebral yang
terbalik (reversed cerbral asimetry).
Pada individu-individu yang normal, sisi kiri dari otak lebih besar dari pada
sisi kiri, tetapi kadang-kadang hal ini terbalik pada orang-orang yang
menderita skizofrenia. Karena fungsi kognitif yang berbeda bertempat pada salah
sis dari otak (misalnya bahasa terletak pada sisi kiri sedangkan
abilitas-abilitas spasiel terletak pada sisi kanan), maka perbedaan antara
orang-orang normal yang menderita skizofrenia dalam struktur dua sisi tersebut
dapat menimbulkan implikasi-implikasi untuk memahami masalah-masalah kognitif
yang dialami oleh orang0orang yang menderita skizofrenia. Dan mengenai hal
tersebut dilaporkan bahwa pada pasien-pasien skizofrenia, mereka yang memilki
asmietris yang terbalik memiliki skor IQ verbal lebih rendah dari pada IQ
permormansi (Luchinas, et al., 1982).
Dengan kata lain, pasien-pasien yang memiliki asimetris serebral yang terbalik
memperlihatkan ketidakseimbangan abilitas-abilitas yang sama dengan kelihatan
pada orang-orang yang mengalami kerusakan otak.
10. Penatalaksanaan Skizofrenia
1) Terapi Somatik (Medikamentosa)
Obat-obatan yang digunakan untuk
mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol
halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia.
Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan
obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.
Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi
obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3
kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik
konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)
b. Antipsikotik Konvensional
Obat
antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.
Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek
samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :
Haldol
(haloperidol)
|
Stelazine (
trifluoperazine)
|
Mellaril
(thioridazine)
|
Thorazine (
chlorpromazine)
|
Navane
(thiothixene)
|
Trilafon
(perphenazine)
|
Prolixin
(fluphenazine)
|
|
Akibat
berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,
banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.
Ada
2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada
pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan
antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli
merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional.Kedua,
bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat
diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu
(disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat
disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara
perlahan-lahan.Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan
pada newer atypic antipsychotic.
c. Newer Atypcal Antipsycotic
Obat-obat
yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbda,
serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik
konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang
tersedia, antara lain :
· Risperdal
(risperidone)
· Seroquel
(quetiapine)
· Zyprexa
(olanzopine)
d. Clozaril
Clozaril
mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.
Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan
antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping
yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril
dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini
artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah
putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan. Clozaril bila
paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.
Sediaan
Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran
No
Nama Generik
Sediaan
Dosis
1.
Klorpromazin
Tablet, 25 dan 100 mg,
150 - 600 mg/hari
Injeksi 25 mg/ml
2
Haloperidol
Tablet, 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg,
5 - 15 mg/hari
Injeksi 5 mg/ml
3
Perfenazin
Tablet 2, 4, 8 mg
12 - 24 mg/hari
4
Flufenazin
Tablet 2,5 mg, 5 mg
10 - 15 mg/hari
5
Flufenazin dekanoat
Inj 25 mg/ml
25
mg/2-4 minggu
6
Levomeprazin
Tablet 25 mg, Injeksi 25 mg/ml
25 - 50 mg/hari
7
Trifluperazin
Tablet 1 mg dan 5 mg
10 - 15 mg/hari
8
Tioridazin
Tablet 50 dan 100 mg
150 - 600 mg/hari
9
Sulpirid
Tablet 200
mg
300 - 600 mg/hari
Injeksi 50
mg/ml
1 - 4 mg/hari
10
Pimozid
Tablet 1 dan
4 mg
1 - 4 mg/hari
11
Risperidon
Tablet 1, 2, 3 mg
2 - 6 mg/hari
e. Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan)
Pertama
Newer
atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia
episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk
terkena tardive dyskinesia lebih rendah. Biasanya obat
antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum
diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para
ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama
pada Clozaril)
f. Pemilihan Obat untuk keadaan relaps
(kambuh)
Biasanya
timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk
mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita
berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut.
Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek
sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan
tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat
sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan
obat obatan yang lain, misalnyaantipsikotik konvensonal dapat diganti
dengan newer atipycal antipsycotic atau newer
atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya.
Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan
obat-obatan diatas gagal.
g. Pengobatan Selama fase Penyembuhan
Sangat
penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.
Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah
episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan
pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik
selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia
Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode
pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa
penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin
beratnya penyakit.
h. Efek Samping Obat-obat Antipsikotik
Karena
penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting
untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah
terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik
konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek
samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat
dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap
waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang
dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat
memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat
antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini. Efek samping lain
yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan
mulut yang tidak dapat dikontrol,protruding tongue, dan facial
grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita
yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia,
dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik
atipikal.
Obat-obat
untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga
banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut.
Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau
mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya
lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia
yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.
Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant
syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga
dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala
ini membutuhkan penanganan yang segera.
2)
Terapi
Psikososial
a. Terapi perilaku
Teknik
perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial
untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri,
latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
Terapi
ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam
keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali
seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun
intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting
yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya
lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang
jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut
berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofreniadan daripenyangkalan
tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan
pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.
Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah
efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan
angka relaps adalahdramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar
25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah,
dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara
perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok
yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya
paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
Penelitian
yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan
skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi alah membantu dan menambah
efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi
pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang
dialami pasien sebagai aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh
pasien. Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan
seringkali sulit dilakukan; pasien skizofrenia seringkali kesepian dan
menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga,
cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang
cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada
informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan
diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah tidak
tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau
eksploitasi.
3) Perawatan di Rumah Sakit
(Hospitalization)
Indikasi
utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan
medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang
sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar. Tujuan utama
perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara
pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang
dilakukan pada perawatan rumahsakit harus direncanakan.
Dokter
harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung
dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat
jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke
arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan
sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan
fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan
keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup
11. Perencanaan keperawatan
a.
Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial b.d harga diri
rendah
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
||
Isolasi sosial b.d harga diri rendah
|
Tujuan umum
Klien dapat melakukan hubungan sosia secara bertahap
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan saling percaya
|
a. Klien dapat mengungkapkan
perawaannya
b. Ekspresi wajah bersahabat
c. Ada kontak mata
d. Menunjukkan rasa senang
e. Mau berjabat tangan
f. Mau menjawab salam
g. Klien mau duduk
berdampingan
h. Klien mau mengutarakan
masalah yang dihadapi
|
a. Bina hubungan saling
percaya
Sapa
klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
Perkenalkan
diri dengan sopan
Tanya
nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
Jelaskan
tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri
perhatian kepada klien
b. Beri kesempatan untuk
mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan waktu untuk
mendengarkan klien
d. Katakana pada klien bahwa
dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri
|
|
Tujuan khusus 2
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
|
Klien mampu mempertahankan aspek yang positif
|
a. Diskusikan kemampuan dan
aspek positif yang dimilikiklien dan beri reinforcement atas kemampuan
mengungkapkan perasaannya
b. Saat bertemu klien
hindarkan memberi penilaian negatif
c. Utamakan memberi pujian
yang realistis
|
|
Tujuan khusus 3
Klien dapat menilai kemampuan yang data digunakan
|
a. Kebutuhan klien terpenuhi
b. Klien dapat melakukan
aktivitas terasarah
|
a. Diskusikan kemampuan klien
yang masih dapat digunakan selama sakit
b. Diskusikan juga kemampuan
yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dah di rumah nantinya
|
|
Tujuan khusus 4
Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan
sesuai kemampuan
|
a. Klien mampu beraktivitas
sesuai kemampuan
b. Klien mengikuti TAK
|
a. Rencanakan bersama klien
aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, kegiatan
mandiri, kegiatan dengan bantuan minimal, kegiatan dengan bantuan total
b. Tingkatkan kegiatan klien
sesuai toleransi kondisi klien
c. Berikan contoh cara
pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan (sering klien takut
melaksanakannya)
|
|
Tujuan khusus 5
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi
sakit dan kemampuannya
|
Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
|
a. Berikan kesempatan kepada
klien mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas usaha dan
keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan di rumah
|
|
Tujuan khusus 6
Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
|
a. Klien mampu melakukan apa
yang diajarkan
b. Klien mau memberikan
dukungan
|
a. Beri pendidikan kesehatan
kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi social dan harga
diri rendah
b. Bantu kelluarga memberi
dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan dirumah
|
b.
Diagnosa keperawatan: resiko perubahan persepsi
sensori: halusinasi pendenganran b.d menarik diri
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
||
Resiko perubahan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran b.d isolasi sosial
|
Tujuan umum
Klien dapat berinteraksi dengan
orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien dapat membuna hubungan
saling percaya
|
Klien dapat mengungkapkan
perasaan dan keberadaannya secara verbal
a. Klien
mau menjawab salam
b. Klien
mau berjabat tangan
c. Mau
menjawab pertanyaan
d. Ada
kontak mata
e. Klien
mau duduk berdampingan dengan perawat
|
a. Bina
hubungan saling percaya
Sapa
klien secara ramah baik secara verbal maupun nonverbal
Perkenalkan
diri dengan sopan
Tanya
nama lengkap klien dan nama panggilanyang disukai
Jelaskan
tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji
Tunjukkan
sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri
perhatian kepada klien
b. Beri
kesempatan untuk mengungkapkan perawaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan
waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakana
pada klien bahwa dia adalah seorang yang berharga dan bertanggung jawab serta
mampu menolong diri sendiri
|
|
Tujuan khusus 2
Klien dapat menyebutkan
penyabab menarik diri
|
Klien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri yang berasal dari :
a. Diri
sendiri
b. Orang
lain
c. Lingkungan
|
a. Kaji
pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri
kesempatak kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri
atau tidak mau bergaul
c. Diskusikan
dengan klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan gejala
d. Berikan
pujian tentang kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
|
|
Tujuan khusus 3
Klien dapat menyebutkan
keuntungan bersosialisasi dengan orang lain dan kerugian todak bersosialisasi
dengan orang lain
|
Klien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan dengan orang lain, misalnya banyak teman, tidak
sendiri, bias berdiskusi, terasa ramai, dapat bercanda
|
a. Kaji
pengetahuan klien tentang keuntungan dan manfaat bergaul dengan orang lain
b. Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang keuntungan
berhubungan dengan orang lain
c. Diskusikan
dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d. Kaji
pengetahuan klien tentang kerugian bila todak bergaul dengan orang lain
e. Beri
kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang kerugian bila
tidak berhubungan dengan orang lain
f. Diskusikan
dengan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
g. Beri
reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
|
c.
Diagnosa keperawatan: Kurang perawatan diri b.d
menarik diri
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Intervensi
|
|
Tujuan
|
Kriteria Hasil
|
||
Kurang perawatan diri b.d
menarik diri
|
Tujuan umum
Pasien mengungkapkan keinginan
untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
|
-
|
-
|
Tujuan khusus 1
Klien mampu melakukan kegiatan
hidup sehari-hari secara mandiri dan mendemontrasikan suatu keinginan untuk
melakukannya
|
Klien mampu
melakukan aktivitas sehari-hari
a. Pasien makan sendiri tanpa bantuan.
b. Pasien memilih pakaian yang sesuai, berpakaian
merawat dirinya tanpa bantuan.
c. Pasien mempertahankan kebersihan diri secara
optimal dengan mandi setiap hari dan melakukan prosedur defekasi dan berkemih
tanpa bantuan.
|
a. Dukung
pasien untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
pasien
b. Dukung
kemandirian pasien, tapi berikan bantuan saat pasien tidak dapat melakukan
beberapa kegiatan
c. Perlihatkan
secara konkret, bagaimana melakukakn kegiatan yang menurut pasien sulit
melakukannya
d. Bantu
dalam menyiapkan perlengkapan ADLs
e. Berikan
pengakuan dan penghargaan positif untuk kemampuannya mandiri
|
BAB III
IRK (ISLAMIC RELIGION KNOWLAGE)
|
DAFTAR
PUSTAKA
1. Neal, Michael J. At
a Glance Farmakologi Medis. Ed 5. Penerbit erlangga : Jakarta
2. WHO. Leksikon
(istilah kesehatan jiwa & psikiatrik). EGC : Jakarta
3. I.M Ingram. Catatan
Kuliah Psikiatri. Ed 8. 1993. EGC : jakarta
4. Keshatan Mental 3, cetakan ke 5,
2010, Kanisius, yogyakarta
5. Maramis, Willy F. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed 2.
Surabaya. Airlangga University Press
6. Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5.
Jakarta. EGC
7. Fitrikasari, Alifiati.
judul jurnal “Gambaran Beban Caregiver
Penderita Skizofrenia di Poliklinik Rawat Jalan RSJ Amino Gondohutomo Semarang”
diakses pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
8. Rubbyana, Urifah.
judul jurnal “Hubungan antara Strategi
Koping dengan Kualitas Hidup pada Penderita Skizofrenia Remisi Simptom” diakses
pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
9. Fitriana, Vera. judul
jurnal “GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA
PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA” diakses
pada 26 april 2016, jam 21:00 melalui https://scholar.google.co.id/
http://abuzahra.net/article/138740/orang-gila-dalam-perspektif-islam.html diakses pada tanggal 26 april 2016, jam 21:00